08 June, 2025
Data dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia pada tahun 2021 mencapai 537 juta. Angka ini diprediksi akan terus meningkat mencapai 643 juta tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045. Menurut IDF, Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita pada tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045
PenjuruBogor.com – Data dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia pada tahun 2021 mencapai 537 juta. Angka ini diprediksi akan terus meningkat mencapai 643 juta tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045. Menurut IDF, Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita pada tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045.
Persoalan ini menjadi perhatian dari Kementerian Kesehatan, mengingat diabetes melitus merupakan ibu dari segala penyakit (mother of all diseases). Seperti ibu yang melahirkan banyak anak, diabetes dapat ‘melahirkan’ berbagai penyakit lain.
Diabetes dan Pestisida
Menarik untuk diperhatikan, tingginya kasus diabetes ternyata erat kaitannya pola pertanian kita. Bagaimana ini bisa terjadi? Nasi menjadi salah satu ‘tersangka’ utama penyebab diabetes. Literasi Hallodoc.com menyebut, setelah mengonsumsi nasi, kadar gula darah bisa saja melonjak naik. Jika tubuh tidak segera mengolahnya sebagai sumber energi (olahraga rutin), hal ini dapat menjadi pemicu penyakit diabetes. Dalam secangkir nasi putih, mengandung 44,5 gram karbohidrat dapat memicu penumpukan lemak dalam tubuh.
Nasi yang termasuk dalam makanan dengan indeks glikemik tinggi ini menjadi makanan utama orang Indonesia. Sedangkan beras sebagai bahan nasi yang diolah dari tanaman padi saat ini dicurigai telah terpapar residu yang berasal dari pestisida dan beragam jenis pupuk yang kesemuanya mayoritas berbahan kimia. Bukan dalam waktu singkat, tapi telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya.
Berdasarkan penelitian lembaga riset Marjaan Khatam, salah satu jalur utama masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia adalah melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi residu pestisida, utamanya beras. Seiring waktu, hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia. Kondisi seperti hiperaktif, autisme (masalah serius dengan interaksi sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan perilaku repetitif), masalah pernapasan, terutama asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit jantung, gangguan ginjal, penyakit autoimun kronis (seperti nyeri sendi), ruam kulit, kelelahan, artritis reumatoid, kerusakan genetik, insomnia, dan gangguan kognitif (kesulitan mengingat dan memproses informasi) telah dikaitkan dengan paparan pestisida.
Di antara pestisida yang banyak digunakan di dunia pada berbagai produk, termasuk beras, organofosfat adalah yang umum. Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia ini dapat menyebabkan efek neurologis seperti sindrom down sedang (disabilitas intelektual), gangguan perilaku (yang dapat berbahaya seiring berjalannya waktu), defisit kognitif, dampak negatif pada gangguan perkembangan pervasif (keterlambatan dalam mengembangkan keterampilan sosial, bahasa, komunikasi, dll.), depresi, kecemasan, pikiran untuk bunuh diri, disfungsi hati, gangguan endokrin, masalah reproduksi, infertilitas, keguguran, diabetes, penyakit alzheimer, penyakit parkinson, dan kanker payudara (kanker paling umum yang terkait dengan organofosfat).
Berdasarkan penelitian lain, salah satu golongan pestisida yang paling banyak digunakan petani dan banyak menimbulkan residu pada beras adalah Dieldrin. Dieldrin bersifat persisten dan tidak mudah terurai di lingkungan, serta dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia dan hewan.
Tanah Tercemar, Hama Kebal Pestisida
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tingginya penggunaan pestisida tidak terlepas dari fungsi pestisida yang dapat mengurangi masalah pertanian terutama masalah hama tanaman dan dapat meningkatkan produksi pertanian. Selain itu, penggunaan pupuk kimia terbukti dirasakan petani membantu meningkatkan produksi pertanian.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Hurip Jaya, Desa Ciadeg, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Fauji, mengakui bahwa petani saat ini tak bisa lepas dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia. "Sepengetahuan saya selama berpuluh-puluh tahun bergelut sebagai petani, semua tanah pertanian nyaris terpapar pestisida dan pupuk berbahan kimia. Unsur hara tanahnya sudah banyak berkurang. Petani saat ini tak bisa lepas dari pestisida dan pupuk kimia," ungkapnya, Kamis, 15 Mei 2025.
Malah, sambung Fauji, kondisi saat ini semua jenis hama seolah sudah kebal akan pestisida. "Ini berdasarkan pengalaman. Ketika hama kembali menyerang setelah disemprot pestisida, maka petani akan membeli pestisida dengan level yang lebih tinggi. Terus menerus seperti itu sampai akhirnya hama kebal akan pestisida. Maka, biaya petani membengkak sementara yang untung adalah produsen pestisida dan pupuk kimia," beber dia.
Bagaimana dengan sistem pertanian organik? "Sulit diterapkan. Mengapa, karena semua jenis pertanian membutuhkan air. Sedangkan semua sumber air sungai dan irigasi semuanya sudah terpapar pestisida dan pupuk kimia. Maka kalau sistem pertanian organik diterapkan di atas tanah saat ini bohong ceritanya bisa menghasilkan produk pertanian organik," sambungnya.
Termasuk lahan-lahan pertanian yang terdapat di lereng-lereng gunung, kata Fauji, semuanya tak terbebas dari pestisida dan kimia. "Bisa sih, dengan cara membuka lahan pertanian baru. Tapi ga mungkin itu karena perambahan hutan dan gunung bertentangan dengan pelestarian lingkungan," sebutnya.
"Satu-satunya solusi hanya dengan bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik. Airnya pun harus dari sumur, bukan dari sungai, menggunakan green house, tapi repot dan mahal, apalagi untuk jenis padi," tutupnya.
(Acep Mulyana)
DPKPP Tak Berkutik Atasi Kampung Maghfirah
Pj Bupati Bogor Didesak Minta Maaf Secara Terbuka
Rekomendasi Post
Pertanian, Kesehatan, dan Bisnis Obat
SMK PMB Tahan Ijazah, Siswa Diminta Tebus Murah
KORMI Kabupaten Bogor Harus Berlari Kencang!
Akta Notaris Ade Wirdatus Sofyah, SH.Mkn No 10 Tanggal 29 Januari 2024
SK Menkumham : No AHU - 0008113.AH.01.01.Tahun 2024
NIB : 3001240058843
NPWP : 04.599.476.1-404.000
Jln Calincing 6 Blok D 8 No 12 , Villa Bantar Jati - Kelurahan Tegal Gundil , Kecamatan Bogor Utara , 16152 Kota Bogor
Telp : 0251 - 2020123
All Rights Reserved © 2025 Penjuru Bogor
Tuliskan Komentar